Minggu, 26 April 2020

Pengertian dan Tipe Kelompok Sosial

Mantan KA UPTD
Kelompok sosial merupakan gejala sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalam kelompok. Sejak kita dilahirkan sebenarnya kita sudah secara otomatis menjadi anggota dari suatu kelompok. Pada tahap selanjutnya, ketika interaksi yang kita lakukan tidak lagi terbatas pada keluarga saja, maka kita mulai menjadi anggota kelompok lain, seperti kelompok teman bermain ( peer group), Setelah mencapai usia sekolah kita akan menjadi anggota kelompok formal, yaitu sekolah.

Setelah meninggalkan bangku sekolah kita akan bergabung dengan kelompok-kelompok lain dalam berbagai bidang kehidupan, seperti kelompok dalam bidang ekonomi (sebagai karyawan perusahaan), agama (menjadi salah satu umat beragama), kesenian (sebagai anggota group band), politik (sebagai anggota partai politik), dan lain-lain.

A. Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok sosial bisa terjadi secara alami atau bisa pula dengan sengaja dibuat. Hal ini dikarenakan organisasi sosial ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut merupaka n beberapa pengertian kelompok sosial menurut para ahli:
  1. Menurut Robert K. Merton (Dalam Kamanto Sunarto, 131 ; 2000), kelompok sosial merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.
  2. Menurut Bierstedt (Dalam Kamanto Sunarto, 130 ; 2000), kelompok sosial adalah kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis, berhubungan satu dengan yang lain, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kelompok sosial terdapat anggota kelompok yang saling berinteraksi dan memiliki kesadaran dalam satu ikatan. Tidak semua orang yang berkumpul merupakan kelompok sosial. Contohnya orang-orang yang sedang membeli karcis kereta api, orang yang sedang naik bis, orang yang sedang menonton sepak bola, dan sebagainya. Mereka sebenarnya juga merupakan kelompok, tetapi bersifat semu, dan tidak permanen.

Menurut Soerjono Soekanto (115 ; 2005) suatu himpunan manusia dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan,
  2. Ada hubungan timbal balik antaranggota,
  3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama seperti nasib, kepentingan, tujuan, ideologi politik, dan lain-lain.
  4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku, dan
  5. Bersistem dan berproses.

B. Tipe-Tipe Kelompok Sosial
Dalam suatu masyarakat pastilah terdapat berbagai ragam jenis dan corak kelompok sosial, terlebih lagi dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang tersusun atas kemajemukan-kemajemukan dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari keadaan geografis, kepentingan-kepentingan masyarakatnya, suku bangsanya, sampai pada ras manusianya. Berbagai tipe kelompok sosial dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam tipe-tipe tertentu. Adapun tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Sosial menurut Proses Terbentuknya
Menurut proses terbentuknya, kelompok sosial dapat dibedakan menjadi kelompok semu dan Kelompok nyata.

a). Kelompok Semu
Kelompok semu merupakan kelompok orang-orang yang bersifat sementara. Biasanya kelompok semu ini terjadi secara spontan atau tiba-tiba. Contohnya berkumpulnya orangorang ketika terjadi peristiwa tabrakan. Adapun ciri-ciri kelompok semu adalah:
  • Tidak direncanakan karena terjadi secara spontan,
  • Tdak terorganisasi sehingga tidak berstruktur,
  • Tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung lama (langgeng),
  • Tidak ada kesadaran kelompok, dan
  • Kehadirannya bersifat sementara.

Atas dasar ciri-cirinya tersebut, maka kelompok semu ini juga dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

1) Kerumunan (crowd)
Kerumunan merupakan berkumpulnya orang-orang pada saat tertentu secara cepat tanpa ada ikatan organisasi. Himpunan manusia yang termasuk kerumunan, yaitu:
  1. Penonton pasif (formal audience), yaitu kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama erat dan mempunyai sifat pasif. Contohnya penonton di dalam gedung film dan pendengar khotbah.
  2. Kelompok ekspresif (planned expressive group), yaitu kerumunan yang mementingkan tujuan dari pada pusat perhatian. Contohnya orang yang berkumpul di pantai untuk berekreasi, orang yang sedang pesta, dan sebagainya.
  3. Kelompok saling tidak senang (inconvinient causal crowds), yaitu kerumunan sementara yang tidak menyukai kehadiran orang lain sebab dapat menghambatnya untuk mencapai tujuan. Contohnya orang yang sedang antri karcis.
  4. Kerumunan panik (panic causal crowds), yaitu kerumunan orang yang dalam keadaan panik untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Contohnya ketika sedang terjadi gempa semua orang berkumpul di depan rumah.
  5. Kerumunan emosional (acting lawless crowds), yaitu kerumunan yang menggunakan kekuatan fisik untuk melawan norma-norma pergaulan hidup yang bersangkutan, contohnya pengeroyokan.
  6. Kerumunan tak bermoral (immoral lawless crowd),yaitu kerumunan orang yang tindakannya melawan norma pergaulan hidup dan tidak mempunyai tujuan yang jelas. Contohnya kumpulan orang yang mabuk dan pecandu narkotika.

2) Massa (mass)
Massa mempunyai kemiripan ciri dengan kerumunan tetapi proses terbentuknya agak berbeda. Pada massa ada sebagian pembentukan yang disengaja dan ada sebagian yang terjadi secara spontan. Contohnya adalah pengumpulan orang-orang di sebuah lapangan/jalan untuk melakukan demonstrasi.

3) Publik (public)
Terbentuknya publik hampir sama dengan massa tetapi tidak dalam tempat yang sama. Publik mempunyai anggota yang tersebar tanpa batas wilayah formal. Contohnya adalah publik pendengar pidato presiden yang disiarkan oleh Radio. Para hadirin yang datang pada pidato tersebut merupakan massa. Sedangkan seluruh pendengar radio yang memperhatikan pidato adalah publik.

b) Kelompok Nyata
Kelompok sosial yang nyata mempunyai berbagai bentuk tetapi ada satu ciri yang sama, yaitu kehadirannya bersifat tetap. Robert Bierstedt mengklasifikasikan kelompok nyata menjadi empat jenis, yaitu Kelompok Statistik (Statistical Group), Kelompok Kemasyarakatan (Societal Group), Kelompok Sosial (Social Group), serta Kelompok Asosiasi (Associational Group). Pengklasifikasian ini didasarkan atas ada tidaknya hubungan sosial, komunikasi, kesadaran jenis, serta ada tidaknya organisasi formal dalam kelompok sosial tersebut.

1) Kelompok statistik (statistick group)
Kelompok statistik merupakan kelompok dalam arti analitis saja. Ciri-ciri dari kelompok ini adalah:
  • Tidak direncanakan tetapi bukan berarti terjadi secara spontan,
  • Tidak terorganisir dalam satu wadah tertentu,
  • Tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung lama (langgeng),
  • Tidak ada kesadaran berkelompok, dan
  • Kehadirannya bersifat tetap.

Contoh kelompok statistik antara lain penggolongan penduduk berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dll.

2) Kelompok kemasyarakatan (societal group)
Kelompok kemasyarakatan adalah kelompok yang di dalamnya terdapat persamaan kepentingan pribadi diantara para anggotanya, tetapi kepentingan tersebut bukanlah kepentingan bersama. Kelompok kemasyarakatan mempunyai ciri-ciri:
  • Tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,
  • Kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,
  • Kemungkinan ada interaksi, interelasi, dan komunikasi,
  • Kemungkinan terjadi kesadaran berkelompok, dan
  • Kehadirannya tetap.

Contoh kelompok kemasyarakatan antara lain kelompok yang memiliki kesamaan jenis kelamin (laki-laki/perempuan), ras, agama, kelompok kaya dan miskin, dsb.

3) Kelompok sosial (social group)
Kelompok sosial oleh para ahli sosiologi sering disebut kelompok masyarakat “khusus”. Ciri-ciri kelompok sosial adalah:
  1. Tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,
  2. Kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,
  3. Ada interaksi dan interelasi sehingga terjadi komunikasi,
  4. Ada kesadaran berkelompok, dan
  5. Kehadirannya tetap.

Contohnya kelompok teman bermain, tetangga, dan sebagainya.

4) Kelompok asosiasi (associational group)
Kelompok asosiasi mempunyai bentuk yang tetap. Ciri-ciri kelompok asosiasi adalah:
  1. Terjadi karena sengaja direncanakan/dibuat,
  2. Terorganisir dalam suatu wadah,
  3. Ada interaksi, interalasi, dan komunikasi secara terus menerus,
  4. Kesadaran berkelompok sangat kuat, dan
  5. Kehadirannya bersifat tetap.
Contohnya partai politik, perkumpulan olah raga, dan sebagainya

2. Kelompok Sosial menurut Ikatannya
Ferdinand Tonies (Dalam Soerjono Soekanto, 402 ; 2005) membagi kelompok ini menjadi 2 yaitu, Gemeinschaft dan Gesellschaft

a. Paguyuban (Gemeinschaft ) 
Hubungan antaranggota kelompok sosial paguyuban (gemeinschaft ) mempunyai tiga ciri-ciri utama yaitu bersifat intim (dekat), privat (pribadi), dan eksklusif (hanya melibatkan dua pihak tanpa pihak ketiga). Dasar pembentukan gemeinschaft  terdiri dari tiga macam, yaitu karena ikatan darah (blood), tempat tinggal (place), dan karena kesamaan pikiran (mind). Contoh kelompok sosial yang termasuk paguyuban antara lain, kelompok keluarga, kekerabatan, masyarakat desa, dan teman bermain.

b. Patembayan (Gesellschaft) 
Kelompok sosial patembayan (Gesellschaft) bersifat lebih semu dibandingkan dengan kelompok sosial paguyuban. Hubungan ataranggota dalam kelompok gasellscaft ini cenderung bersifat jangka pendek (sementara) berdasarkan kontrak-kontrak tertentu, hanya terikat secara lahiriah tanpa adanya ikatan batin (tidak intim), serta para anggotanya berhubungan secara resmi berdasarkan hubungan timbal balik. Kelompok sosial seperti ini biasanya terjadi pada masyarakat modern yang menganut sistem solidaritas organis contohnya adalah sistem kepengurusan pada sebuah perusahaan modern.

3. Komunitas
Komunitas merupakan kelompok sosial yang dibatasi oleh wilayah geografis yang jelas. Komunitas ini sering dinamakan dengan istilah masyarakat setempat. Dasar dalam suatu komunitas yaitu batas wilayah dan kesadaran berkelompok. Contohnya RT, RW, Kelurahan, SMA Y, dan sebagainya.

Unsur-unsur perasaan yang terdapat dalam komunitas adalah:
  1. Seperasaan, unsur seperasaan ini sebagai akibat seseorang yang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang yang berada dalam kelompok tersebut.
  2. Sepenanggungan, setiap individu sadar akan perannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat atau kelompoknya sendiri.
  3. Saling memerlukan, individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya yang meliputi kebutuhan fisik maupun psikologis.

4. Organisasi Sosial
Organisasi merupakan kesatuan orang-orang dengan struktur dan pembagian kerja yang jelas. Jadi, pengertian organisasi sosial adalah kesatuan orang-orang dengan struktur dan pembagian kerja yang jelas sebagai akibat hubungan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Organisasi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  • Memiliki keanggotaan yang bersifat formal.
  • Status dan peran dari masing-masing anggota sesuai dengan struktur organisasi sehingga jelas. 
  • Rumusan organisasi jelas.
  • Memiliki identitas yang jelas.

Dalam sebuah organisasi sosial, faktor keanggotaan sangat penting karena dapat menunjukkan status dan peran masing-masing anggota. Beberapa aspek yang berhubungan erat dengan keanggotaan organisasi yaitu:
  1. Keanggotaan diperoleh melalui suatu syarat dengan kualifikasi tertentu.
  2. Seorang anggota mempunyai hak dan kewajiban yang telah ditetapkan.
  3. Keanggotaan seseorang dalam organisasi karena adanya dorongan minat terhadap tujuan organisasi tersebut.
  4. Program kerja disesuaikan dengan tujuan organisasi tersebut.
  5. Keanggotaan organisasi pada umumnya tercatat dengan daftar keanggotaan. 
  6. Organisasi mempunyai sifat relatif langgeng sesuai dengan keberadaan organisasi itu. 

Dalam sebuah organisasi, antaranggota terjadi hubungan sosial. Hubungan ini sangat penting untuk melaksanakan jalannya organisasi. Tata hubungan tersebut agar dapat
berlangsung dengan baik dibutuhkan syarat-syarat sebagai berikut:
  • Ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial, yang dapat diterima oleh anggota kelompok.
  • Adanya pola tingkah laku yang standar dan menjadi pedoman tingkah laku anggota.
  • Ada otoritas atau kekuasaan yang dapat memaksa tata hubungan sosial anggota.
  • Ada pengaturan dan penyusunan individuindividu dalam kelompok dan lapisan sosial tertentu untuk memudahkan koordinasi.
  • Anggota-anggota yang berada pada berbagai bidang dapat bekerjasama secara harmonis dan nyaman (favourable).

Organisasi sosial dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

a. Organisasi Formal
Organisasi formal mempunyai pembatasan kewenangan dan tanggung jawab serta sistem kerja yang jelas dan tegas. Tujuan organisasi formal adalah untuk mencapai ketentuan resmi yang telah ditetapkan oleh organisasi. Contoh organisasi formal yaitu kelurahan, perusahaan, koperasi, dan sebagainya. Ciri-ciri organisasi formal, yaitu:
  • Pola komunitas relatif mapan,
  • Disiplin kerja diatur secara formal,
  • Pengorganisasian jelas,
  • Ada keahlian tertentu, dan
  • Tujuan organisasi jelas.

b. Organisasi informal
Organisasi informal tidak memiliki struktur kerja yang didasarkan atas ketentuan resmi. Organisasi informal dalam mencapai tujuannya didasarkan atas hubungan pribadi antaranggotanya. Contoh organisasi informal yaitu Kelompok Rukun Tani, paguyuban kesenian daerah, dan sebagainya. Ciri-ciri organisasi informal, yaitu:
Kelompok sosial merupakan gejala sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia Pengertian dan Tipe Kelompok Sosial
  • Hubungan sosial bersifat informal,
  • Jumlah anggotanya relatif kecil,
  • Pembentukan organisasi atas dasar kepentingan bersama,
  • Disiplin kerja didasarkan atas kesadaran pribadi bukan pada aturan yang memaksa, dan
  • Adanya kegemaran anggota yang relatif sama di luar organisasi.