Senin, 27 April 2020

Mengenal Kayu Bangkirai

Mantan KA UPTD
Warna : kayu batang adalah cahaya coklat atau coklat muda kekuningan secara bertahap berubah coklat tua. gubal yang lebih ringan dalam warna dari kayu batang, “itu adalah 2 sampai 2 cm, biasanya 4 cm, tebal. Tekstur: Tekstur kayu bervariasi dari halus sampai kasar, secara umum sedikit kasar, atau kasar.


Foto dibawah ini adalah kayu Bangkirai setelah diolah menjadi produk moulding/ antislip :


Serat : Serat yang lurus atau berputar dan saling bertautan.Touch: Permukaan kayu umumnya sentuhan halus. Bagian radial dengan serat saling bertautan sebagian halus dan sebagian kasar.

Gloss : Permukaan kayu bervariasi dari sedikit mengilap glossy.

Fugure : Bagian radial dengan serat saling bertautan menunjukkan angka bergaris.

Penggunaan : Dalam pandangan kekuatan dan daya tahan yang tinggi, kayu balau dipergunakan untuk konstruksi berat, terutama dalam kondisi lembab dan kontak dengan tanah. Spesies ini digunakan antara lain untuk jembatan, bantalan rel kereta api, tiang listrik, lantai, konstruksi laut, bangunan perahu (kemudi, dayung, tiang, keels, dan iga), konstruksi bangunan, tubuh bekerja kendaraan, tiang gerobak, as roller, tong dan wadah lainnya.

Kekuatan : Kayu Bangkirai juga termasuk jenis kayu kuat dan keras. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll.
Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan.